Wednesday, April 17, 2013

Puisi Cinta


Rasa yang Tak Sempurna
Kepada malaikat di penghujung malam
Dengarlah sajakku malam ini
Kutulis dengan untaian kata penyesalan
Tentang diriku yang selalu kalah dengan rasa yang tak sempurna

Kepada malaikat di penghujung malam
Setelah kutulis sajak ini
Mungkin akan ada hati yang menangis
Atau mungkin juga tersenyum tipis
Sesal akan rasa yang tak terungkap
Akan hasrat yang tersembunyi
Tentang rasa yang tidak sempurna
Tentang sepasang manusia yang mungkin saling mencintai
Tapi cinta yang tak sempurna

Kepada malaikat dipenghujung malam
Sudah cukup rasa yag terpenjara
Ingin kutututup ruang rasa dengan paksa
Melupakan semua angan yang terpenjara
Kepada malaikat di penghujung malam
Bisikkan di telinganya
Biarkan aku mencintainya lewat mimpi
Ijinkan aku menyanginya dalam lamunan
Dan cabutlah rasa yang tak sempurna
Jika ku tersadar dan terbangun

Mungkin sekeping hatinya bukan untukku lagi
Atau mungkin namaku masih terukir disana
Jika ia, maka buanglah kepingan hatimu
Dan biarkanlah serpihannya berserak dan hilang
Dan izinkanlah kurangkai rasa yang baru
Rasa yang sempurna.
Sungguminasa, 16 April 2013
Ibnu Maksum

Kisah




Kandas di Pagi Hari
Butiran hujan jatuh membelai rerumputan. Bangau beterbangan lalu hinggap di sengkedan pesawahan. Gemercik air mengalir menyapu bebatuan. Bulir-bulir padi merunduk menari-enari tertiup angin. Hijau, sejuk pagi ini kurasakan.
Kuparkir motorku di gerbang peristirahatan terakhir orang-orang di desaku. Berat rasanya kaki ini melangkah masuk kedalamnya. Sesak nafasku menyaksikan nisan-nisan bertuliskan nama. Kusambangi satu persatu kotak denganhiasan keramik itu, dan kujumpai satu pusara tanpa keramik dengan nisan batu apung ditengahnya.
Tanahnya yang masih merah kugenggam dan mengepalnya erat-erat. Butiran air mata mengalir jatuh menetes di atas gundukan tanah itu. Ingin ku meraung meneriakkan kekesalanku atas kepergiannya tanpa meninggalkan sepenggal kata cinta, tanpa membisikkan kata perpisahan.  Mungkinkah benar cinta itu tidak mesti memiliki.
Kupandangi nisanmu dengan isak tangis yang tertahan, sesak ditenggorokan menahan sakit pedihnya cobaan ini. Masih terlukis jelas wajah manismu dalam ingatanku, di saat kau lepas aku pergi ke tanah Makassar. Ku masih sempat melihat senyummu merekah menghias bibirmu yang tipis, senyum perpisahan saat itu dan ternyata perpisahan untuk selama-lamanya. Masih terasa lembut pipimu di punggung tanganku, ternyata itulah salam terakhir yang kau berikan.
Lirih kuucapkan di pusaramu ini, entah kau dengar atau tidak. Maaf dinda, ku tak sempat mendapingimu di perang terakhirmu, tak sempat aku menuntunmu, tak sempat aku mengantarmu ke rumah keabadianmu. Hanya do’a dan air mata ini kupersembahkan di hadapanmu. Maaf, kepergianmu tak sempat kutaburi bunga kamboja dan irisan daun pandan. Rinduku tak akan terbalas lagi, sapaanku tak akan terjawab lagi. Dinda, ku pasrahkan semua. Cinta-Nya abadi, dan kuyakin kau tau akan hal itu.
“Nak sudalah, tak usah kau bersedih terlalu lama.” Kata ayah Nirma sambil memegang pundakku. “Paman paham apa yang kamu rasakan. Dari kecil kalian selalu bersama. Tapi maut juga adalah takdir yang maha Kuasa yang tidak bisa kita bantah. Aku pun sebagai ayahnya ingin melihat dia tumbuh, sekolah tinggi seperti kamu. Sudahlah nak, pasrahkan saja kepada Allah. Mintalah supaya Nirma diberikan tempat yang layak.”Lanjut ayah Nirma menasihatiku.
“Mari kita pulang nak!”Ajak ayah Nirma.
Segera kutinggalkan pemakaman itu, dan kupacu sepeda motorku mengantar ayah Nirma pulang. Langit mendung, petani yang sibuk mengambil gabah yang dijemur menghiasi perjalanan kami. Seperti suasana hatiku saat itu, mendung dan gelisah. Seketika kami sudah berada di halaman rumah Nirma.
Aku dipanggil naik kerumah melepas rindu dengan sanak saudara. Terngiang ketika Nirma melambaikan tangannya di anak tangga yang kunaiki ini. Terbayang disaat dia menyambutku dengan senyuman di samping daun pintu rumahnya. Namun kali ini yang menyambutku adalah ibunya. Aku duduk di sofa seperti saat aku  bertamu sebelum-sebelumnya. Ibunya langsung membawakan secangkir teh hangat, minuman yang selalu disuguhkan untukku sama seperti sebelum-sebelumnya. Namun, saat ini bukan sosoknya yang membawakan, tak adalagi senyum khasnya ketika kucicipi minuman ini. Percakapanku dan ayahnya sama seperti sebelumnya, tentang kuliahku. Namun, tidak terdengar lagi kata-kata ayahnya, “semoga Nirma juga bisa seperti kamu nantinya.”
Tidak terasa sudah hampir dhuhur, aku pamit pada mereka. Kupandangi sejenak fotonya di atas etalase belakang sofa. “Senyummu begitu indah adik.”Kataku dalam hati. Ketika di depan pintu, ibunya memanggilku, segera aku berbalik.
“Nak, ini ada sesuatu untukmu. Sebenarnya apa yang kami harapkan sama seperti yang Nirma harapkan.” Kata ibunya sambil meyodorkan amplop putih kepadaku.
Aku berbalik dan segera kupacu meninggalkan halaman rumahnya sambil membunyikan klakson. Pagi yang menyesakkan bagiku.
Langsung kujatuhkan badanku di atas kasur, kupandangi langit-langit kamarku. Wajahnya kembali terbayang. Segera kuambil amplop yang diberikan ibunya tadi, dan segera membacanya.
Assalamu Alaikum Wr.Wb
Kak, gimana kabarnya?
Kok tambah kurus, pasti karena terlalu sibuk kuliah ya kak. Bagaimana ya, kalau nanti aku yang kuliah. Masa ikut-ikutan kurus. Hehehehe.
Gimana kuliahnya kak, lancar kan? Kasian tiap minggu harus kerja laporan. Tangan kakak tak kempes kan. Hahahaha. Nanti aku tak usah deh ambil jurusan fisika, kakak aja repot sekali bagaimana dengan saya. Tapi kakak harus semangat, biar biasa ajarin Nirma. Oh ya kak, bentar lagi Nirma UN. Jadi tahun depan dah jadi mahasiswa.
Oh ya kak, kemarin saya kerumah sakit, dokter bilang sakitku sudah parah. Harus segera diobati. Maaf ya kak, aku tak bilang sama kakak kalau saya punya penyakit seperti ini. Soalnya aku tak mau senyum kakak hilang gara-gara tau penyakitku. Nanti hilang gagahnya lagi. Hehehehehe.
Oh ya kak, aku sudah dua hari sakit, makanya aku tak pernah sms kakak. Badanku sakit sekali kak, akhirnya hanya tidur deh aku kerja. Eh aku juga masih bisa nulis surat ini. Hebat kan adindamu ini.....
Kak, kalau mendengar dokter. Sepertinya aku sudah tidak punya harapan. Hehehehe. Kak, jangan sedih dong. Aku sengaja tak ngasih kabar ke kakak. Soalnya hal yang paling sakit saya rasa saat melihat kakak sedih. Jujur ya kak, bukan gombal. Aku tak mau di sisa hidupku melihat kakak bersedih, apalagi nangis. Cukuplah senyum kakak yang menjadi kenangan bagi saya.
Kak jika saya telah tiada, aku harap kakak mengubur cinta kakak ke aku bersamaan dengan jasadku. Walaupun aku tau kakak mencitai jiwa dan ragaku. Tapi aku tidak mungkin menemani kakak, membuat kakak terus tersenyum. Oleh karena itu, aku akan sangat bahagia jika bisa melihat kakak membahagiakan seorang wanita, sama seperti kakak menghias dan membuat hari-hariku indah.
Kak, terimakasih telah mau menjadi teman Nirma selama ini. Walau tak bisa terus bersama, aku sudah cukup bahagia pernah hadir dalam hidup kakak. Kak, kaulah kekasihku dunia dan akhirat. Tapi kuharap, kakak cari kekasih di dunia. Insyaallah kita bertemu di rangkulan Allah. Oke kakak.
Kak sudah dulu ya kak. Udah, jangan sedih. Aku baik-baik saja disini. Kakak jangan malas ya! Rajin makan, jangan lupa shalat,dan lain-lain. Rasanya banyak yang ingin saya sampaikan. Tapi sudahlah. Yang penting jangan lupa shalat.
Wassalam
Adindamu
Nirma
Kelopak mataku tak kuasa membendung air mataku. Aku betul-betul menangis membaca suratnya yang terakhir. Tuhan, kenapa aku begitu bodoh selama ini. Aku serasa begitu asing darinya. Adindaku, kenapa hanya dengan surat ini kau memberitahuku. Ternyata mukamu yang manis selama ini menyimpan seribu derita. Senyummu padaku selama ini hanya menyembunyikan tangisanmu di malam kelam. Kau memang pribadi yang tegar, kau wanitaku.
Di penghujung malam, kupanjatkan  doa kepada Yang Maha Cinta, kepada yang memberikan serpihan cintanya padaku.
Ya Allah, apakah cintaku kandas di pusaranya? Mengapa Kau ciptakan makhluk seperti dia Ya Allah, dia mencintai dengan tulus. Kasihnya padaku suci. Biarkan cintanya tetap ada dalam kalbuku. Dan satukanlah cinta kami ya Allah. Aku tak mampu membalas cintanya, maka balaslah ia dengan cinta dan kasih sayang-Mu.
Dekap ia dengan Kasih sayang-Mu. Jaga ia dari api jahim-Mu. Karena Kaulah sang pemberi cinta.

Baca Juga

Cara Menghemat Data WhatsApp

Panduan WhatsApp   Cara Menghemat Data WhatsApp . Siapa sih yang tidak tau aplikasi chatting whatsApp? Aplikasi ini sudah tembus ha...