Kantong mahasiswa memang tak abadi. Seperti itu saya mengistilahkannya. Di awal bulan berjaya namun menjelang akhir bulan mulai sekarat bahkan menemui ajalnya. Bahkan ada yang mengawali bulan dengan penyakit kanker (kantong kering) hingga keadaan seperti ini terus berlanjut hingga bulan kembali bergantung. Darimana kehidupan tetap berlangsung? Maka disinilah keunikan mahasiswa.
Secara teori, otak orang yang kelaparan akan bekerja dua kali lebih cepat dibandingkan orang yang sedang kenyang. Terlebih ketika mereka ingin mencari makanan. Itulah sebabnya Orang Afrika yang pernah dijajah tidak dibiarkan kelaparan karena mereka akan melawan dengan kekuatan yang berlipat ganda.
Berangkat dari teori di atas, otak mahasiswa yang kantongnya sekarat di saat lapar akan bekerja lebih cepat. Pikiran mereka langsung berputar bagaimana kehidupan terus berlanjut. Dan sling, idepun muncul. Ada yang bersilaturahmi kerumah teman, mencari tenpat syukuran senior yang habis ujian tutup, atau bahkan datang kekondangan dengan modal amplop kosong. Hehehehe lucu kan.
***
Tetapi yang ingin saya ceritakan di sini adalah di saat saya datang kekondangan untuk memberi doa restu ke salah satu pasangan berbahagia (anggaplah). Saya datang dengan mengenakan pakaian batik lengan pendek dengan bawahan celana hitam dan sepatu kulit kwalitas rendah. Penampilan lazim untuk menghadiri sebuah resepsi pernikahan.
Saya sempt berdiri di depan pintu masuk melihat sekeliling. Laki-laki memakai pakaian yang sama dengan saya. Sementara perempuan memiliki pakain yang bermacam-macam. Yang paling menyita perhatianku ialah model kepala mereka. JIka dihitung, ada selusin lebih model kepala yang dibalut kerudung dengan model yang bermacam-macam. Begitulah fahion wanita yang selalu berkembang seiring berjalannya waktu.
Setelah menyantap hidangan walimah, saya langsung meninggalkan gedung meuju parkiran. Tentu hal ini saya lakukan setelah memberikan doa kepada mempelai. Sesampai diparkiran, saya hanya heran melihat pasangan suami istri yang mulai beranjak pulang.
Seorang lelaki dengan pakain batik coklat lansung memacu motornya. Songkoknya dia simpan dan diganti dengan helm hitam sebagai pelindung. Pandanganku seketika tertuju kepada perempuan yang diboncengnya. Helmnya hanya dipangku. Entah kenapa, mungkin akan sangat disayangkan jika kerudung dengan model seperti itu akan rusak jika ditutupi dengan helm. Bagaimana tidak, dipasang dengan waktu setengah jam harus hancur karena memakai helm.
Saya sempt berdiri di depan pintu masuk melihat sekeliling. Laki-laki memakai pakaian yang sama dengan saya. Sementara perempuan memiliki pakain yang bermacam-macam. Yang paling menyita perhatianku ialah model kepala mereka. JIka dihitung, ada selusin lebih model kepala yang dibalut kerudung dengan model yang bermacam-macam. Begitulah fahion wanita yang selalu berkembang seiring berjalannya waktu.
Setelah menyantap hidangan walimah, saya langsung meninggalkan gedung meuju parkiran. Tentu hal ini saya lakukan setelah memberikan doa kepada mempelai. Sesampai diparkiran, saya hanya heran melihat pasangan suami istri yang mulai beranjak pulang.
Seorang lelaki dengan pakain batik coklat lansung memacu motornya. Songkoknya dia simpan dan diganti dengan helm hitam sebagai pelindung. Pandanganku seketika tertuju kepada perempuan yang diboncengnya. Helmnya hanya dipangku. Entah kenapa, mungkin akan sangat disayangkan jika kerudung dengan model seperti itu akan rusak jika ditutupi dengan helm. Bagaimana tidak, dipasang dengan waktu setengah jam harus hancur karena memakai helm.
***
Cerita di atas mungkin hanya terjadi di kotaku. Kota yang seketika menjadi kota fashion seperti Milan dan Paris. Sebuah kemajuan yang luar biasa bukan.
Namun, meski bagaimanapun juga, model jilbab, sanggul, dan apapun itu tidak akan mampu melindungi kepala ketika terbentur. Sialnya lagi, kebiasaan seperti ini tentu melanggar UU No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas yang diwajibkan memakai helm standar nasional.
Bayangkan jika Polantas melakukan sweaping di tempat kondangan. Ada berapa pelanggar yang bisa diciduk? Atau bahkan ada berapa pelanggar yang memilih jalan damai dengan memberikan suap? Tentu ini adalah pelanggaran.
Jika kebiasaan buruk yang kecil dibiasakan, maka akan banyak kebiasaan buruk yang dampaknya lebih besar akan bermunculan. Jika ingin merubah dunia, mulailah dari yang paling kecil dan diri sendiri.
Baca juga: