Monday, September 15, 2014

Antara aku, senior, dan guruku

Dua tahun sudah saya menjadi seorang yang disebut sebagai insan cendekia atau orang lazim menyebutnya sebagai mahasiswa. Sebuah status yang dipandang istimewa oleh banyak kalangan. Wajar saja, definisinya saja tidak cukup diartikan secara administratif, namun mahasiswa menyimpan begitu banyak makna yang luar biasa.
Status mahasiswaku kudapat setelah terdaftar di salah satu Universitas Ternama (menurutku) di Indonesia Timur. Meski lulus dengan bebas tes, saya merasa hal itu hanyalah sebuah rencana Tuhan yang tidak pernah terlintas di pikiranku. Hingga akhirnya, saya pun menjadi agen perubahan yang ditempa di universitas tersebut.
Sama dengan mahasiswa pada umumnya. Kepala botak, pakaian hitam putih adalah adat istiadat yang harus dijalani. Hal itu tak lain untuk mengakrabkan kami dengan kampus dan mencintai status kami, begitulah ajaran yang beredar.
Setelah beberapa pekan berkenalan dengan dunia kampus, saya menyaksikan sebuah perang idealisme para insan cendekia. Asap tebal mengepul membumbung tinggi dari pembakaran ban bekas, kaca pecah dari lemparan batu, serta ledakan dari suara papporo makhluk yang baru saja kukenal merupakan salah satu bagian dari adegan saat itu. Sebuah tragedi warisan dari pendahulu-pendahulu yang mungkin sudah membudaya. Entahlah.
Saya sedikit heran dengan gambaran dunia kampus yang selama ini terlukis indah di kepalaku. Sketsaku sedikit kulengkapi dengan puluhan motor dan dua nyawa mahasiswamerupakan tumbal dari ritual anarkis tersebut. Alhasil, tragedi tersebut berhasil menyita perhatian masyarakat nasional. Bagaimana tidak, kampus yang dikenal sebagai lumbung guru malah menyuguhkan pelajaran berharga bagi masyarakat. Hal ini diperparah oleh blow-up media yang bagi saya kurang berimbang.
Caci maki dan umpatan merupakan hal biasa bagi saya. Gelar kampus anarkis, mahasiswa primitif, kerap kali mengganggu ruang dengar saya. Saya hanya bisa pasrah, pindah kampus bagi saya hanyalah kekufuran akan nikmat Tuhan. Mungkin ini hanyalah duri-duri kecil dari sekian banyak duri di sepanjang jalan saya ke depan.
Yang membuat saya heran, kejadian sama yang terus berulang. Begitu besarnya pengaruh pendahulu-pendahulu kami dalam menanamkan idealisme mereka kepada setiap penghuni baru seperti kami. Mungkin di sinilah para pendidik kami sedikit berkaca, para senior lebih memberikan ruang kepada kami dibanding pendidik kepada kami sebagai peserta didiknya. Hal ini akan terus berakhir, jika seorang pendidik hanya memandang tugasnya untuk memberikan materi perkuliahan saja. Padahal sejatinya, seorang guru tidak hanya membimbing jasmani kita, akan mereka harus bisa menjadi pembimbing spiritual kita.
Akhirnya saya katakan, mungkin lebih baik menjadi yatim piatu daripada memiliki orang tua yang hanya bisa memberi kita makan dan minum saja. Wallahu a’lam.

Higgs Boson dan Singgasana Balqis

  Mengungkap Misteri
Allah Berfirman :
40. berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
[1097] Al kitab di sini Maksudnya: ialah kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ialah Taurat dan Zabur.
Ayat di atas merupakan salah satu dari ayat pada surat na-Namlah yang merupakan surah ke-27. Surat tersebut merupakan surat yang banyak bercerita tentang kisah Nabi Sulaiman. Salah satu cerita menarik ialah, ketika seorang alim ulama yang berhasil memindahkan singgasana Ratu Balqis dalam waktu hanya sekejap saja atau sebelum utusan Allah tersebut berkedip.
Yang menjadi pertanyaan ialah, tentu peristiwa tersebut tidak terjadi begitu saja. Karena jika demikian, maka tentu akan menyalahi sunnatullah. Saya beranggapaan bahwa pada peristiwa tersebut berlaku sebuah proses yang mungkin suatu saat nanti bisa dibuktikan secara ilmiah.
Sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa bukan berarti saya meragukan kesahihan dari firman Allah yang suci lagi terjaga ini. Akan tetapi, sebagai makhluk yang berakal kita dianjurkan untuk mengkaji itu semua agar keimanan kita semakin mantap. Olehnya itu saya sedikit curhat melalu tulisan ini.
Pada tahun 2012 lalu, seorang ilmuwan Inggris mengkonfirmasi sebuah bahwa telah ditemukannya partikel Higgs Boson yang kemudian dikenal dengan istilah God Particle (Partikel Tuhan). Pemberian istilah partikel Tuhan tidak berarti kita mengatakan bahwa tuhan itu berwujud sebagai partikel. Akan tetapi, penamaan ini hanya dikarenakan sifatnya yang istimewa. Higgs Boson ini mampu memberikan massa kepada partikel yang ada namun tidak memiliki massa.
Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila suatu saat Higgs Boson ini mampu dipisahkan dengan benda, maka kita secara tidak langsung membuat benda itu lenyap namun tidak musnah. Kemudian partikel tersebut akan bergerak dengan kecepatan cahaya. Dan mungkin suatu saat nanti akan ada alat yang bisa membentuk kembali benda sebagaimana benda sebelumnya yang ditinggalkan higgs Boston tersebut.
Jika hal ini benar adanya, maka kejadian di masa Nabi Sulaiman AS bukanlah sihir akan tetapi merupakan sebuah proses yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Apalagi dalam ayat tersebut disebutkan “berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab”. Seorang yang mempunyai ilmu atau alim yang di maksud di sini mungkin telah menguasai pengaplikasian daripada higss Boson tersebut.
Salah satu ahli antropologi Indonesia mengatakan bahwa, sebenarnya Singgasana Ratu balqis itu terletak di Indonesia. Karena adanya beberapa temuan yang mengindikasikan bahwa di pulau Jawa ada sebuah kerajaan yang singgasananya menghilang. Jika hal ini benar maka bukanlah sebuah masalah besar. Karena jika alim ulama yang dimaksud dalam al-Qur’an tersebut mampu memisahkan higgs Boson dari singgasana tersebut, maka bukanlah hal mustahil menghilangkan istana tersebut dan membawanya ke Palestina. Apalagi kecepatan geraknya seperti kecepatan cahaya yang mencapai 3𝗑108 m/s. Maka sudah pasti mampu dipindahkan dengan sekejap mata. Wallahu a’lam.

Baca Juga

Cara Menghemat Data WhatsApp

Panduan WhatsApp   Cara Menghemat Data WhatsApp . Siapa sih yang tidak tau aplikasi chatting whatsApp? Aplikasi ini sudah tembus ha...