Monday, November 17, 2014

Soal ku SUlit

"Guru adalah Fasilitator dan Motivator, tetapi jika ia lebih senang mempersulit siswanya, dia tak ubahnya seekor Predator"
Kata-kata di atas adalah status salah seorang teman di akun media sosialnya. Sejenak aku merenungkan makna kalimatnya. Banyak tidaknya, kata-kata di atas memiliki kebenaran. Kebenarannya tergantung dari mana kita melihatnya atau acuannya.
Saya teringat sebuah cerita. Konon seorang guru (nama samaran) dengan bangganya ketika hanya sedikit siswanya yang lulus dari ujiannya. Siswa yang susah payah menyelesaikan soal ujian adalah kebanggaan baginya. Bahkan tidak jarang mereka berkata saya baru bahagia jika kalian merasa susah. Begitulah mereka berujar.
Saya sedikit berpikir. Menertawakan siswa di saat mereka tidak mampu mengerjakan soal yang kita berikan adalah sebuah perbuatan yang aneh. Seorang siswa sejatinya hanya mengerjakan apa yang gurunya ajarkan. Dan di saat mereka mulai kesusahan adalah pertanda musibah bagi sang guru. Bagaimana tidak, ketidakmampuan siswa dalam menjawab soal ujian adalah bukti gagalnya seorang guru dalam memotivasi siswa untuk belajar. Ketidakmampuan siswa ini juga menjadi bukti gagalnya seorang guru menjadi fasilitator. Atau bisa dikatakan kegagalan siswa dalam ujian adalah kegagalan guru dalam mentransfer pengetahuannya kepada peserta didiknya. Sehingga kesan predator lebih cocok disematkan kepadanya.
Oleh sebab itu, sudah saatnya ujian bukan hanya masa dimana guru hendak menilai siswanya akan tetapi saat di mana ia harus mengevaluasi kemampuan siswa dan dirinya. Dan segera memperbaikinya secepat mungkin.
Sekali lagi, benar salah ini adalah tergantung dimana kita melihatnya. Namun apa pun yang terjadi, ini adalah realita bukanlah utopia yang terbangun dalam mimpi-mimpi semu kita.

2 Tahun Mencari Cinta

Sebut saja namanya fisika, gadis cantik tinggi semampai dengan pandangan yang penuh pesona. Begitulah aku menganggapnya. Dia adalah idaman banyak orang, namun banyak juga yang mengalah karena parasnya yang begitu memukau.
Perjumpaanku dengannya dimulai dua tahun lalu. Secara tidak sengaja saya bertemu dengannya dalam pencarianku mencari jalan hidup (anggaplah). Saya mencoba mengenalnya begitu dalam. Dan dia menerimaku begitu saja, menerimaku apa adanya, tanpa ada syarat yang berarti bagiku.
Saya semakin akrab dengannya meski sempat seorang teman mengatakan, dia bukan teman yang baik untukku. Tetapi saya terlanjur mengenalnya, susah untuk lari darinya.
Hari berganti dan tahun pun berlalu. Dua tahun sudah aku mengenalnya. Dua tahun sudah aku mencoba untuk lebih akrab dengannya. Mencoba memahaminya meski hanya dengan pemahaman yang sempit. Dua tahun ku mencoba tuk mencintainya agar ku bisa memahaminya.
Dua tahun penuh makna kami lalui. Dua tahun yang sulit dalam mencari cintanya yang mungkin belum aku dapatkan. Dan di saat masa sulit seperti ini, cinta lama datang kembali. Seorang gadis yang membuatku paham akan makna kata. Entahlah. Cinta lama yang seharusnya lebih pantas untukku kata temanku.

Baca Juga

Cara Menghemat Data WhatsApp

Panduan WhatsApp   Cara Menghemat Data WhatsApp . Siapa sih yang tidak tau aplikasi chatting whatsApp? Aplikasi ini sudah tembus ha...