Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana.
Kurang lebih begitulah pesan guru-guru kami dahulu. Dan semuanya tampak begitu nyata di zaman yang sarat dengan persaingan kali ini. Kejujuran seolah menjadi mata uang dengan nilai tukar paling tinggi. Hingga akhirnya kejujuran begitu sulit ditemukan.
Di pasar, lingkungan kerja, bahkan di sekolah yang seyogyanya mengajarkan nilai kejujuran pun jarang ditemukan. Entah kenapa, mungkin pribadi yang jujur harus dimasukkan kedalam penangkaran agar tidak punah begitusaja.
Dengan langkah gontai saya meninggalkan ruangan ujian. Beberapa ada yang masih mengerjakan soal. Bekerja sama, melirik, atau bahkan membuka catatan. Di depan kelas kulihat beberapa orang bercengkrama bertukar soal yang berhasil dikerjakan, sesekali terdengar mereka yang bangga berhasil mengerjakan soal dengan curang tanpa pengetahuan pengawas.
Maaf kawan, saya belum bisa bergabung bercengkrama dengan kalian. Menceritakan dengan bangga soal yang bisa kuselesaikan. Mungkin saya belum sanggup. Saat ini saya cukup senang mampu mempercayai diriku sendiri. Karena berani jujur itu hebat.